Rabu, 27 Agustus 2014

Negara, Banjir, dan Bunga



Jakarta, 9 Maret 2014

Minggu-minggu lalu, setelah musim dingin, hujan, dan banjir berkurang, kabarnya di negara-negara tetangga  berlangsung festifal bunga. Di China, orang berbondong-bondong pergi ke Bukit Mei Hwa. Mereka bergembira menikmati indahnya bunga-bunga yang bermekaran di sana. Di New York berlangsung pameran Anggrek. Sejumlah biodiversitas Anggrek bermekaran. Sebagian Anggrek didatangkan dari Asia Tenggara. Dari foto kawan saya yang tinggal di Taiwan, Yenni Suyeni, juga terlihat pohon-pohon bunga di tepi jalan bermekaran. Berwarna kuning semarak. Orang-orang yang melewatinya mengambil foto berlatarbelakang semarak pohon bunga. Mereka tersenyum dengan wajah yang ceria. 

Bunga dan festifal bunga seolah dilangsungkan untuk menghibur orang-orang setelah berdiam diri di rumah sepanjang musim hujan dan dingin. Atau mereka yang telah berjibaku dengan banjir. 

Bagaimana di Indonesia. Tidak pernah orang-orang dimanjakan oleh Negara. Negara tidak mau tahu. Apalagi memikirkan sampai ke pemulihan hati. Membuat gembira. Penanggulangan banjir saja, masyarakat banyak yang melakukannya secara mandiri dan swadaya. Orang-orang dibiarkan menghibur diri, mencari dan mengadakan penghiburan sendiri. Setelah Jakarta dan kota-kota lain dilanda banjir, malah orang-orang lalu disuguhi banjir kasus korupsi yang satu persatu dikuak oleh KPK.

Tidak ada komentar: